Kamis, 27 Agustus 2009

Kebahagiaan

Apakah “muara” dari setiap tindakan/aktivitas yang kita lakukan sehari-hari? Apakah Anda ingin sukses? Apakah Anda ingin kaya raya dan terkenal? Apakah Anda ingin hidupnya berguna bagi orang lain? Tentunya, setiap tindakan/aktivitas yang kita lakukan ada tujuan/maksudnya, dan tentu saja setiap tindakan/aktivitas tersebut adalah hasil dari suatu “pilihan bebas” yang telah kita tentukan.

Saya menjadi saya seperti sekarang ini adalah hasil dari pilihan bebas saya di masa lampau. Setiap pagi Anda bangun tidur, Anda dihadapkan pada pilihan : bebas untuk tidur lagi, atau melakukan aktivitas ibadah; bebas untuk bersiap-siap melakukan segala aktivitas rutin harian Anda atau tidak melakukan apapun alias bermalas-malasan sepanjang hari. Apapun pilihan Anda, setiap orang tentunya menginginkan kebahagiaan.

Pilihan hidup yang telah saya tentukan saat saya menyelesaikan Sekolah Menengah Atas di tahun 1977 adalah dalam rangka saya ingin meraih kebahagiaan tersebut, meskipun didalam perjalanan waktu pilihan tersebut kemudian berganti-ganti dari satu ke lain hal tetapi ujung-ujungnya tetap adalah dalam rangka pencarian kebahagiaan.

Pertanyaannya kemudian adalah mengapa semua orang (termasuk saya dan Anda) menginginkan kebahagiaan itu?

Jawaban hakikinya adalah “because we are created to be happy”, siapapun kita, apapun latar belakang/sejarah hidup kita, sesungguhnya kita semua diciptakan untuk berbahagia, kebahagiaan itu adalah “hak” setiap insan. Pada saat kita (saya dan Anda) terlahir ke dunia ini maka saat itu juga lahir “kebahagiaan” itu didalam diri kita. Perhatikanlah “peristiwa kelahiran”, disana ada wajah-wajah bahagia (pada kedua orang tua sang bayi, keluarga besarnya maupun sanak saudara, handai taulan yang turut memberikan ucapan selamat); Pengecualiannya adalah pada “peristiwa kelahiran yang tak diharapkan” (mungkin seperti korban perkosaan), tetapi banyak juga calon ibu tersebut tetap mempertahankan “janin” tersebut ..... itulah “kebahagiaan”

Kalau memang kebahagiaan itu adalah “hak” setiap orang yang diberikan Sang Pencipta pada saat insan yang bernama manusia ini dilahirkan, lalu kenapa banyak orang yang tidak bahagia dan menderita hidupnya? Bahkan, mungkin Anda sependapat dengan saya, bahwa pada kenyataannya lebih banyak yang menderita hidupnya ketimbang yang bahagia.

Lalu, apa sebenarnya pengertian kebahagiaan itu bagi Anda? Mungkin sebagian besar akan menjawab bahwa bahagia berarti :

- Terhindar dari masalah

- Tercapai apa yang saya inginkan/cita-citakan

- Menemukan “pasangan hidup” yang cocok

- Lulus test masuk PTN, jadi Pegawan Negeri, diterima bekerja

- Jauh dari penyakit

- Memiliki uang yang banyak

- Memiliki karier yang bagus

- Menerbitkan buku

- Membangun sekolah gratis

- Dan .... (saya yakin Anda dapat menambahkan ribuan rincian pada daftar ini)

Bila demikian, bila Anda masih banyak mendapat masalah (bahkan mungkin musibah), belum tercapai apa yang dicita-citakan, belum mendapat “pasangan hidup” yang cocok, sakit-sakitan, nggak punya uang, karier menthok, nggak dapat-dapat kerjaan dan sebagainya berarti Anda masih belum “berbahagia” ?

Menurut Anda, apakah orang-orang yang hidupnya bergantung pada belas kasihan orang lain (mengemis, meminta-minta, memulung barang-barang bekas) pasti menderita dan tidak berbahagia?

Menurut Anda, apakah orang-orang yang kebebasannya terpasung, hidup dibalik jeruji besi penjara pasti menderita dan tidak berbahagia?

Menurut Anda, apakah orang-orang yang tidak dapat melanjutkan sekolah formalnya karena ketiadaan biaya orang tua hidupnya tidak bahagia?

Lebih “parah” lagi bila ketidakbahagiaan itu dicari penyebabnya dari faktor-faktor eksternal (orang tua, musim, anak, lingkungan dan lain sebagainya) entah itu kejadian masa lalu maupun harapan-harapan di masa depan yang belum terpenuhi.

Ditengah kegalauan, kegamangan dan pencarian (yang terkadang tak tentu arah) kebahagiaan itulah Rumah Kebahagiaan mencoba hadir tuk saling berbagi, sebagai alternatif solusi (sudah ada Rumah Spiritual, Rumah Kesadaran, Rumah Senyum yang juga mencoba memberi alternatif solusi). Didalam Rumah Kebahagiaan ini, mudah-mudahan Anda akan dapat bertemu dengan Sang Guru Spiritual Sufi Mas Kris Gustav, yang dapat membantu Anda menyelesaikan masalah-masalah ketidakbahagiaan Anda melalui Olah Rasa dan Olah Hati; Anda juga akan dapat bertemu dengan Mas Rahmat Setiawan –Sang Guru Spiritual Therapist, SubConsciousMind Therapist, AuraSyifa.

Saya hanyalah “supir taksi” yang mencoba menghantarkan Anda untuk bertemu dengan beliau-beliau, Guru Kehidupan saya.

(ditulis ditengah suasana terik mentari siang menjelang sore di satu tempat di Cibitung, Bekasi....26 Agustus 2009)

Salam penuh kebahagiaan,

Djohan Kohar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar